- Back to Home »
- manfaat taubat
Posted by : Unknown
Wednesday 1 May 2013
Bisa dibayangkan bila kotoran yang melekat dibadan itu tidak
dibersihkan maka akan menimbulkan beberapa penyakit pada badan. Akibat buruk
dari kotoran tersebut sangat beragam, tergantung seberapa serius kotoran itu,
yang menandakan seberapa ganasnya bakteri/kuman yang terkandung di dalamnya.
Ada banyak tingkatan kotoran/noda/kuman. Kotoran sapi memiliki tingkatan yang
jauh lebih rendah daripada kotoran yang disebabkan air liur anjing. Karena
-seperti kita tahu secara umum- di dalam kotoran sapi tak ada bakteri/kuman
penyebab penyakit syaraf (gila). Sedangkan, dalam hal noda yang disebabkan
jilatan anjing, terdapat bakteri/kuman penyebab penyakit saraf, rabies (anjing
gila). Sebab itu dalam hal pembersihannya pun berbeda (metode/cara
penanggulangannya).
Nah, begitu juga dengan taubat. Kebutuhan kita akan taubat
sama halnya dengan kebutuhan kita akan mandi, atau kebutuhan kita akan obat di
saat kita sakit. Dosa merupakan noda/penyakit yang melekat pada hati (jiwa).
Dosa perlu dibersihkan dari hati/jiwa Anda jika Anda menginginkan perasaan
(hati/jiwa) yang sehat, fresh, damai, tenang, tentram, sejahtera, dan
perasaan positif lainnya.
Ada banyak tingkatan dosa, dan biasanya dikategorikan
berdasarkan tingkat kesalahannya, yakni dosa kecil dan dosa besar. Sehingga,
metode pembersihannya pun berbeda. Namun, artikel ini tidak akan membahas aneka
ragam dosa besar atau dosa kecil. Juga tak akan membahas metode yang terperinci
mengenai cara pembersihan dosa tersebut. Artikel ini hanya akan membahas metode
pembersihan dosa secara umum, meliputi pembersihan (taubat) paling cepat,
praktis, dan efisien. Yaah…, sesuai dengan teori ekonomi, dengan modal
sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya .
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum
bertaubat. Hal ini dimaksudkan agar taubatnya itu menjadi sempurna
(terpenuhi/diterima) sehingga pada akhirnya dosa-dosanya benar-benar diampuni
oleh Allah Yang Maha Menerima Taubat. Beberapa hal tersebut adalah kesadaran,
tidak menganggap remeh, sungguh-sungguh, dan tak berputus asa.
Pertama adalah
kesadaran akan keberadaan dosa-dosanya. Sebelum seseorang bertaubat, ia harus
menyadari keberadaan dosa di dalam hatinya. Kesadaran akan diperoleh dengan
cara merenung. Oleh sebab itu, renungkanlah setiap hal yang telah Anda lakukan,
dengan cara bertanya, mengapa?
Untuk apa? . Keberadaan dosa dalam diri
seseorang bisa dideteksi dengan adanya gejala-gejala umum sebagai berikut,
yaitu:
- Kegelisahan
perasaan (sedih, kesal, kecewa, selalu tidak puas, egois, rakus, dll)
- Kekacauan
pikiran (pusing, runyam, mumet, semrawut, stres, frustasi, depresi, dll)
- Aneka kesedihan (terkena penyakit, bangkrut,
kecelakaan, dll)
Dan sekiranya seseorang tak dapat melakukan hal itu -yakni
menyadari keberadaan dosanya, maka ketahuilah bahwa tak ada manusia yang
benar-benar bersih dalam kehidupan ini. Nabi Muhammad sendiri ber-istighfar
(berzikir memohon ampunan) sebanyak ±60x dalam sehari. Apatah lagi dengan
manusia semacam kita-kita yang sepertinya secara notabene telah menganut faham
“Tiada hari tanpa berbuat dosa” ?!!
Kedua adalah
tidak menganggap remeh terhadap dampak buruk dari dosa-dosanya tersebut. Tak
boleh ada anggapan remeh terhadap dosa (kesalahan) -meskipun hal itu dosa
kecil- yang telah kita perbuat (apatah lagi terhadap dosa besar?!!). Seperti
halnya seorang petani yang menganggap kecil terhadap segenggam kotoran sapi
yang melekat di kakinya, kemudian karena ia menganggapnya terlalu remeh, ia pun
pergi tidur tanpa membersihkannya terlebih dahulu, sehingga bakteri/kuman dalam
kotoran sapi tersebut merambat ke sekujur tubuhnya dan menciptakan infeksi yang
serius, yakni penyakit kulit ganas.
Ketiga adalah
sungguh-sungguh dalam memohon ampunan atas dosa-dosanya. Ini bisa dilakukan
dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib secara rutin sebagaimana telah
disebutkan di dalam rukun Islam. Ibadah wajib tersebut meliputi Shalat, zakat, puasa Ramadan, dan
haji (bila mampu) . Ibadah tersebut harus dilakukan
dengan cara sebaik-baiknya, yakni dengan perlengkapan peribadatan yang halal,
kemudian lakukan se-khusuk (konsentrasi) mungkin, dan harus dengan niat yang
ikhlas (mengharap pahala dari Allah). Ibadah wajib ini lah yang sebenarnya
merupakan metode pembersihan dosa yang paling cepat, praktis dan efisien.
Ketahuilah, bahwa dalam setiap ibadah itu -termasuk pula
dzikir- selalu terdapat proses peluruhan dosa secara sendirinya (automatis).
Dan dalam beberapa hadits disebutkan bahwa kebaikan itu menghapus keburukan.
Sebab itulah kita harus berbuat kebaikan sebanyak mungkin, sehingga konsekuensi
(akibat) dari kebaikan itu sendiri -yang juga berupa kebaikan- akan kita
peroleh, yang salah satunya berbentuk peluruhan dosa-dosa kita.
Meskipun pada hakikatnya Allah tak pernah butuh ibadah kita,
namun ibadah itu merupakan wujud pengabdian kita kepada-Nya. Kita hanya diminta
rasa syukur (terima kasih) kita kepada-Nya (sebagai adab sopan santun) atas
beragam nikmat yang kita peroleh (mata, telinga, waktu/kesempatan, dan
lainnya). Namun perlu saya ingatkan sekali lagi, bahwa ibadah wajib ini harus
dilaksanakan dengan perasaan ikhlas, semata-mata ingin mengharap ridla
(kerelaan, pahala, ampunan) dari Allah swt., dan bukannya dilakukan dengan niat
pamer, atau agar bisa disebut ahli ibadah, dan niat lainnya yang tak pantas
dijadikan latar belakang suatu ibadah.
Keempat adalah
tidak berputus asa. Sekalipun seseorang itu memiliki dosa sepenuh bumi, maka
hendaklah ia tidak berputus asa untuk bertaubat. Ampunan Allah sangatlah luas.
Allah mengampuni semua dosa, kecuali dosa karena syirik (menyekutukan Allah
dengan lainnya, seperti menganggap Tuhan itu Bertiga, menganggap ada yang
menandingi Sifat Allah, dan wujud persekutuan lainnya yang tak pantas
disandangkan kepada-Nya), dosa jenis ini hanya bisa dibersihkan dengan cara
berhenti berbuat syirik.
Kemudian, hendaklah seseorang jangan berpikiran pesimis
(sempit) tentang berapa banyak waktu yang telah digunakannya untuk berbuat
dosa, namun hendaklah ia berpikiran optimis (maju) tentang berapa banyak waktu
yang ia miliki untuk memperbaiki atau menghapus kesalahan-kesalahannya
(bertaubat). Hal ini dimaksudkan agar ia tak berputus asa dari luasnya Ampunan
Allah.
Jika seseorang telah bertaubat, lalu berbuat dosa lagi, maka
bertobatlah lagi, dan jika berbuat dosa lagi maka bertaubatlah lagi, dan
seterusnya. Sampai kapan? Tentu saja sampai ia menyelesaikan
kehidupannya (mati). Sama seperti kita yang mandi tiap hari. Sampai kapan
kita mandi? Tentu saja sampai kita berhenti hidup (mati). Karena kalau
sampai kita berhenti mandi di saat masih hidup, huh, bau dong!
Dan kita akan mudah terserang penyakit. Begitu juga dengan taubat, kalau kita
berhenti bertaubat selama kita masih hidup, maka akan banyak penimbunan dosa di
hati kita… yang ujung-ujungnya kita sendiri yang terkena dampak negatifnya
(gelisah, stress, frustasi, emosional, dll).
Ketahuilah, kita tak akan pernah bisa terlepas dari ragam
kesalahan (paling tidak yang terkecil sekalipun), seperti tubuh kita yang tak
akan pernah bisa terlepas dari kotoran/noda/polusi lingkungan sekitar, yang
mengharuskan kita mandi tiap hari. Begitu pula dengan sebab keharusan kita
bertaubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan.
Allah menerima Taubat (permohonan ampun) hambanya selama
nafasnya belum sampai di kerongokongan (sekarat mau mati), artinya selama ia
masih punya kesempatan untuk bertaubat, lalu melakukan taubat, maka kemungkinan
besar akan diampuni oleh-Nya (diterima taubatnya). Namun, ketika seorang yang
berdosa tidak melakukan taubat hingga ajal menjemputnya, maka tak ada Taubat
lagi baginya.
Lalu, berapa lama jangka waktu (tempo) yang kita miliki
untuk bertaubat? Jawabannya, sangat panjang, yakni seumur hidup kita. Sebab
itu, hanya orang-orang yang mati dalam keadaan “belum bertaubat” lah yang
pantas untuk menyesal dan berputus asa. Sedangkan kita ‘kan masih hidup, ngapain
capek-capek harus menyesal ketika sudah mati (dan dimasukkan ke Neraka)?
Sebelum nasi menjadi bubur, masih bisa dilakukan perubahan.
Selama masih ada kesempatan, kita masih bisa merubah keadaan diri kita.
Sekarang tergantung diri kita sendiri, mau bertaubat -sebagai wujud perbaikan kesalahan
dan penghapusan dosa kita- atau mau memperparah keadaan kita.
Orang pintar itu selalu melihat peluang, namun orang yang benar-benar jenius
itu selalu berusaha menggunakan peluangnya sebaik (maksimal) mungkin tanpa
memperhatikan berapa kegagalan yang telah ia peroleh.
Begitulah cara bertaubat. Anda tak boleh menganggap remeh
perkara taubat ini, karena taubat adalah kebutuhan ruhaniah (jiwa) Anda. Sama
halnya dengan perkara mandi, Apakah Anda pernah menganggap sepele tentang
mandi? Anda –sebagai orang sehat- tentu akan memperhatikan secara detil
tentang masalah pembersihan badan (mandi) ini. Anda akan memperhatikan jenis
sabun yang akan digunakan, juga kualitas air (keasamannya, dan ada tidaknya zat
pencemar di dalamnya), dsb. Nah, itulah juga yang diperlukan dalam taubat.
Perhatikanlah ibadah Anda, renungkanlah wujud pengabdian Anda kepada Allah.
Kita harus melakukan Taubat setiap hari dan di setiap ada
kesempatan, seperti halnya kita membersihkan tubuh kita setiap hari (yakni
dengan cara mandi) dan saat kita menyadari akan keberadaan kotoran padanya
(yakni dengan cara membasuhnya).
Jiwa adalah sesuatu yang sangat sensitif. Dan Anda harus
selalu merawatnya dengan cara membersihkan dan berusaha menghilangkan beragam
penyakit di dalamnya (penyakit hati). Inilah yang harus Anda lakukan jika Anda
menganggap jiwa Anda sebagai sesuatu yang berharga.
Hidup itu sangat fleksibel. Meskipun
manusia itu tak bisa mengubah masa lalunya, namun ia SELALU bisa mengubah masa
depannya dengan kesempatan yang ia miliki.
Dengan satu pengecualian saja, yakni, kecuali jika dia tak mau mengubahnya.